Mohon kepada pengunjung untuk dapat memberikan saran dan kritik atas apa saja yang kami tampilkan di blog ini. Terima kasih.

Minggu, 20 Juli 2008

Teh Obeng ??


Istilah ini saya dengar pertama kali tahun 2001 ketika baru menginjakkan kaki di Batam.
Ya,
Teh Obeng. Ketika itu saya pun terbengong-bengong mendengar kata itu diucapkan saudara saya yang telah lebih dahulu menghuni 'Pulau Kalajengking' ini. Pikiran saya langsung menerawang, membayangkan (geli) membuat minuman teh yang diaduk pakai obeng, alat pertukangan yang bisa dipakai untuk memutar 'skrup'.
Kalo dipikir, masuk akal juga ya, ngaduk teh pake obeng, yang gagangnya memang nyaman (mantap) dipegang. Cuma, kok sepertinya
ga pada tempatnya, jorok, ngasal, kurang kerjaan dll, kalo ngaduk teh pake obeng. Kalo ngaduk cat kayu pake obeng masih wajar lah. Lha apa teh yang mau kita minum itu disamakan dengan cat? Hehehehe..... Mau minum cat mbak, mas, om? Emangnya perut kita ini drum ya?? Hehehe ....
Setelah beberapa saat, ternyata saya makin bingung. Yang dipesan 'teh obeng', kok ternyata yang keluar es teh. Ya! Teh manis yang diberi bongkahan es batu. Selama ini saya mengenal minuman ini dengan nama 'es teh'.
Sejenak saya simpan kebingungan saya mengenai 'misteri' teh obeng ini hingga suatu saat saya menemukan jawaban yang bisa mengobati rasa penasaran saya. Ternyata, istilah teh obeng ini berasal dari kalangan masyarakat Tionghoa yang berasimilasi dengan budaya Melayu yang tersebar di sekitar Pulau Batam.
Wilayah kepulauan yang berada di sekitar Pulau Batam berpenduduk asli masyarakat Melayu, Tionghoa dan Bugis, termasuk di negara tetangga, Singapura dan Malaysia.
Sampai saat ini, teh obeng masih tersohor (bahkan dijadikan salah satu ikon Batam, juga merk sebuah T-shirt) dan menjadi minuman favorit di Batam dan sekitarnya. Hingga iklan suatu produk minuman yang sangat terkenal pun berlaku di sini, "apapun makannya, minumnya TEH OBENG".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar